Horja Pabuat Boru dan Haroan Boru Etnik Batak Angkola Kajian: Kearifan Lokal

Authors

  • Immanuel Pedro Hutagalung Universitas Sumatera Utara
  • Herlina Herlina Universitas Sumatera Utara
  • Asriaty R. Purba Universitas Sumatera Utara
  • Jekmen Sinulingga Universitas Sumatera Utara
  • Warisman Sinaga Universitas Sumatera Utara

DOI:

https://doi.org/10.37630/jpb.v15i3.3268

Keywords:

Horja Pabuat Boru, Haroan Boru, Kearifan Lokal

Abstract

Indonesia memiliki keistimewaan dalam keragaman etnis, agama, dan budayayang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi dengan populasi 14.936.148 jiwa (BPS, 2021) yang kaya akan keanekaragaman etnis, termasuk Batak, Melayu, Pesisir, dan Nias. Dalam konteks ini, etnik Batak Angkola–Mandailing menjadi menarik untuk dikaji, khususnya tradisi horja sebagai bentuk perayaan adat yang sarat nilai kearifan lokal. Tradisi horja memiliki dua bentuk utama, yaitu horja siriaon (pesta sukacita) dan horja siluluton (pesta dukacita), yang masing-masing dilaksanakan dengan aturan adat yang ketat. Fokus penelitian ini adalah pada horja pabuat boru dan horja haroan boru yang dilaksanakan dalam perkawinan etnik Batak Angkola–Mandailing. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi tahapan-tahapan pelaksanaan horja pabuat boru dan haroan boru, serta (2) mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan tokoh adat, serta studi dokumentasi di Kelurahan Sorik, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. Analisis dilakukan dengan teori kearifan lokal Robert Sibarani yang menekankan dimensi kesejahteraan dan kedamaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahapan horja tidak hanya berfungsi sebagai ritus sosial, tetapi juga mengandung nilai gotong royong, kesopansantunan, kesetiakawanan, disiplin, serta rasa syukur. Dengan demikian, tradisi horja berperan penting dalam memperkuat identitas budaya, menjaga harmoni sosial, serta melestarikan kearifan lokal masyarakat Batak Angkola–Mandailing.

References

Arikunto, S. (2015). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. (2021). Provinsi Sumatera Utara dalam angka 2021. https://sumut.bps.go.id/id/publication/2021/02/26/e93c46a1e30092ec491ec8a9/provinsi-sumatera-utara-dalam-angka-2021.html

Hasibuan, F. A. (2023). Tradisi Pataru Sere Sahatan dalam pernikahan adat Batak Angkola menurut perspektif Al-‘Urf [Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang].

Hutasuhut, A., et al. (2016). Kamus Angkola Mandailing–Indonesia (Edisi Kedua). Balai Bahasa Sumatera Utara.

Liando, M., et al. (2017). Analisis pengelolaan dan pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja desa di Desa Kolongan Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 5(2). http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/16214

Moleong, L. J. (2015). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Mungmachon, D. (2015). Kearifan lokal dalam perspektif budaya. Jurnal Budaya Lokal, 10(2), 45–59.

Purba, E., et al. (2021). Metode penelitian ekonomi. Yayasan Kita Menulis.

Rumapea, M. E. (2015). Dampak modernisasi terhadap upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di Kota Medan. Jurnal Antropologi dan Sosial Budaya, 2, 167–174.

Sibarani, R. (2015). Kearifan lokal. Asosiasi Tradisi Lisan.

Susilowati, N. (2017). Tradisi mengunyah sirih dan memotong kerbau pada upacara adat/horja di Angkola-Mandailing. Jurnal Berkala Arkeologi Sangkhakala, 20(2), 117–134.

Downloads

Published

2025-09-12